Bersenang-senang dengan Bacaan
![]() |
Usaha Menulis Silsilah Bacaan |
Buku Usaha Menulis Silsilah Bacaan tiba pada sore 02 Juni 2022. Buku yang saya tunggu setelah beberapa kali membatalkan pemesanan di online shop karena bokek. Ya, mau nggak mau saya harus menunda mendapatkan buku itu. "Sabaarrr," hibur saya.
Sebagaimana kebiasaan saya pada buku selain novel atau biografi, saya akan menutup mata memilih judul tulisan yang pertama saya baca. Saya tak tahu, apa maksud kebiasaan saya itu, dan mulai kapan. Yang jelas, saya gembira melakukan. Apalagi jika tulisan yang terpilih sesuai dengan suasana hati saat membacanya.
Sepertinya, saya mujur saat itu. Sebuah tulisan terpilih, judulnya "Tips Bahagia untuk Penulis". Dari awalpun saya langsung tersenyum. Seperti saya melihat kembali kucing betina yang lama menghilang, lalu muncul di pintu rumah membawa anak-anaknya yang lucu.
Dalam membaca, saya teringat dengan thread Mas Wisnu, penulis novel Rahasia Salinem dan Legenda Perompak Naga. Pegiat literasi yang tak pernah bosan membagikan tips menulis (dan membaca).
5.TIDAK PERLU membaca utk mencari ilmu. Utamakan utk senang2. Kalau sesuai minat, otomatis kita akan dapat ilmu (tanpa perlu mikir apakah dapat ilmu atau tidak)
6. Walau reviewnya bagus, jangan tergoda cari buku yg bahasanya terasa sulit utk kita. Klo blm biasa, malah trauma.
Kebetulan lagi, saya sependapat dengan pernyataan beliau. Membaca, bagi saya adalah kegiatan untuk bersenang-senang, menyenangkan diri sendiri. Ini seperti petualangan dari satu tempat ke tempat lainnya.
Pengalaman yang dihadirkan oleh tulisan. Sama-sama memperkaya batin, sama-sama disimpan dalam memori otak kita. Sama-sama menuntut diceritakan kembali pada waktunya, atau hanya untuk dikenang.
Memaksakan diri pada sesuatu yang tidak kita sukai hanya akan menimbulkan trauma. Saya pikir ada benarnya juga. Kita yang telah melewati masa-masa sekolah dengan berbagai tingkatan tentu merasakan, bagaimana keharusan membaca buku atau melakukan tugas tertentu kadang menimbulkan beban. Tidak menimbulkan bekas sedikitpun selain kedongkolan yang akan kita ingat lama.
Oh ya, saya jadi teringat dengan almarhum Bapak saya. Pada masa saya menjalani pendidikan SD dan SMP di kampung, Bapak saya, pada ingatan saya sosok yang tidak suka membaca. Sangat berbeda dengan almarhumah Ibu yang suka membaca. Saya dan adik-adik mungkin mengikuti hobi Ibu. Suka membaca.
Bapak, seperti kesurupan melihat kami membaca. Baginya, sebagai petani, kegiatan fisik di kebun jauh lebih menghasilkan daripada membuang waktu di sudut ruangan membolak-balik halaman buku. Tentu ada benarnya juga, kehidupan petani yang belum makmur membenarkan alasannya.
Suatu ketika, saat saya pulang kampung dari perantauan sekolah di kota, Bapak menitipkan uang untuk membeli buku yang akan ia baca. Tentu saya heran. Tapi saya sembunyikan wajah keheranan saya saat itu. Saya membeli buku pesanannya, dan saya serahkan saat saya pulang bulan berikutnya. Setelah itu, saya sering melihat Bapak asyik membolak-balik halaman buku selepas ashar dan subuh.
Buku-buku agama yang ia gandrungi, bahkan Cerita 25 Nabi dan Rasul yang ia ceritakan kembali di hadapan anak-anak yang belajar ngaji padanya. Bapak saya bersenang-senang dengan buku bacaannya, bahkan ketika di ujung usianya karena sakit, ia bercerita pada orang-orang yang menjenguk, "ah, sakit begini kok saya mengeluh ya, padahal belum seberapa dibanding dengan derita Nabi Ayub!". Mungkin itu pengalaman yang ia dapatkan. Bisa jadi dari bacaannya.
Comments
Post a Comment